Pariwara

Followers

20 Prinsip Dasar Karate

Posted by Yonatan Adi on 11:52 AM

Gichin Funakoshi--yang dianggap sebagai bapak karate modern--adalah salah seorang tokoh beladiri yang membawa seni beladiri karate dari Okinawa ke Jepang. Beliau juga-lah yang mengubah nama kara(to)te [kanji: 唐手] menjadi karate [kanji: 空手]* sehingga seni beladiri tersebut bisa lebih diterima oleh rakyat Jepang pada saat itu.

Tetapi tahukah Anda kalau Funakoshi-sensei--selain seorang ahli beladiri--juga adalah seorang penyair dengan nama pena 'shoto'? Itulah pula sebabnya kenapa aliran karate yang dikembangkannya disebut dengan 'shotokan'**.

Salah satu warisan paling penting yang ditinggalkan oleh Funakoshi-sensei adalah 20 prinsip dasar karate (atau yang biasa disebut sebagai Niju-kun)--yang diterbitkan pada tahun 1938--yang oleh para karateka di seluruh dunia dianggap sebagai filosofi paling penting yang harus dipahami dan juga diamalkan.

Nijukun [sumber]
Meskipun ke-20 prinsip dasar ini mungkin terdengar muluk-muluk dan sangat idealis--yang bahkan mungkin beberapa diantaranya hampir mustahil untuk diamalkan--menurut saya banyak sekali pelajaran yang bisa kita petik dari prinsip-prinsip tersebut.

Langsung saja, inilah ke-20 prinsip dasar dalam seni beladiri karate-do.

[Perhatikan bahwa setiap poin dalam Niju-kun selalu diawali dengan kata 'hitotsu' yang berarti 'pertama' atau 'satu', hal ini berarti bahwa setiap poin dalam Niju-kun adalah sama pentingnya, tidak ada satu poin yang lebih penting dari poin lainnya.]

#1. Do not forget that karate begins and ends with rei 
Hitotsu, karate-do wa rei ni hajimari rei ni owaru koto a wasaru na

Rei (yang dilakukan dengan cara membungkukkan badan) adalah simbol dari rasa hormat; rasa hormat kepada sensei, rasa hormat kepada pelatih, kepada rekan latihan, maupun kepada dojo dan karate/ seni beladiri itu sendiri. Tetapi yang lebih penting, rei menunjukkan sikap rendah hati dan kesiapan untuk mau belajar.

Dan perlu diingat juga bahwa rei ini tidak hanya harus dilakukan di dalam dojo/ tempat latihan saja, tetapi juga di luar dojo dengan cara menghargai dan menghormati orang lain tidak peduli siapapun mereka. 

#2. There is no first attack in karate 
Hitotsu, karate ni sente nashi

Kita sebagai seorang praktisi karate (dan juga seni beladiri yang lain) tidak boleh berperilaku agresif atau suka mencari gara-gara; atau gampangnya jangan sampai kita-lah yang menyebabkan terjadinya suatu perkelahian. Tetapi jangan pula diartikan bahwa kita harus berdiam diri saja dan tidak boleh (berinisiatif) menyerang duluan kalau jelas-jelas kita akan (atau sudah) diserang.

#3. Karate stands on the side of justice 
Hitotsu, karate wa gi no tasuke 

"Kode etik" budo menyebutkan bahwa kita tidak boleh menggunakan kemampuan beladiri kita untuk hal-hal yang buruk seperti mem-bully ataupun mencari keributan. Sebaliknya, kita harus punya keberanian dalam menggunakan kemampuan beladiri kita itu untuk membela yang benar. Mengutip nasehat dari paman Ben Parker: "From great power comes great responsibility", terdapat tanggung jawab yang besar di balik kekuatan yang kita miliki sebagai seorang pe-budo.

#4. First know yourself and then know others 
Hitotsu, mazu onore o shire, shikashite ta o shire 

Sebelum memahami orang lain, terlebih dahulu kita harus mampu memahami diri kita sendiri. Tidak akan ada gunanya kalau kita paham 'cara kerja' dunia tetapi kita tidak mengerti bagaimana cara menghadapi dan berinteraksi dengan 'cara kerja' tersebut. 

#5. Mentality over technique 
Hitotsu, gijitsu yori shinjitsu 

Di dalam seni beladiri, mental [baca: keteguhan hati; bahasa jawa: tatag] (dan juga refleks) jauh lebih penting daripada teknik beladiri itu sendiri. Setinggi apapun teknik yang kita kuasai, kalau mental kita lemah, kita tidak akan bisa mengaplikasikan teknik tersebut dengan baik (atau malah tidak bisa mengaplikasikannya sama sekali) dalam pertarungan yang sebenarnya. 

#6. The heart must be set free 
Hitotsu, kokoro wa hanatan koto o yosu 

Jangan cuma berpikir satu arah, buka pikiran (dan hati) kita untuk segala kemungkinan. Jangan sampai emosi/ perasaan mempengaruhi cara berpikir dan tindakan kita. Kalau kata anak jaman sekarang sih jangan baper. 

#7. Calamity springs from carelessness 
Hitotsu, wazawai wa ketai ni seizu 

Kecerobohan kita dalam bertindak dan atau berkata-kata bisa menimbulkan 'bencana', dan ini tidak hanya berlaku di dalam seni beladiri saja tetapi juga di semua bidang kehidupan. Meminjam kata-kata Paul C. Brunson: "Think once before you act, twice before you speak, and three times before you post on Facebook". 

#8. Karate goes beyond the dojo 
Hitotsu, dojo nomino karate to omou na 

Karate (dan juga seni beladiri yang lain) bukanlah sesuatu yang bisa 'dihidup-matikan' sebagaimana kita keluar-masuk dojo. Hal-hal seperti postur tubuh, cara bersikap, ataupun kekuatan (baik secara mental maupun fisik) bisa dan juga harus selalu kita aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana karakter 'do' dalam budo yang berarti 'jalan hidup', kita harus selalu menunjukkan standar fisik dan moral yang tinggi di sepanjang waktu saat kita menjalani hidup sehari-hari. 

#9. Karate is a life-long pursuit 
Hitotsu, karate-do no shugyo wa issho de aru 

Sekali kita menceburkan diri ke dalam 'do', kita tidak akan bisa mentas atau keluar lagi. Budo adalah perjalanan tanpa akhir untuk mencapai kesempurnaan (yang tidak akan mungkin kita raih). Seperti halnya gaya hidup sehat ataupun kejujuran, karate (dan juga seni beladiri yang lain) tidak akan pernah kehilangan nilai dan faedahnya. 

#10. Apply the way of karate to all things. Therein lies its beauty 
Hitotsu, ara yuru mono o karateka seyo; sokoni myomi ari 

Karena karate (dan juga seni beladiri yang lain) tidak hanya melatih aspek fisik tetapi juga melatih aspek mental (dan spiritual), banyak hal dalam seni beladiri yang bisa kita aplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Hal-hal seperti disiplin di sekolah atau di tempat kerja, menghargai orang lain, serta kejujuran dalam bertindak dan berbicara. 

#11. Karate is like boiling water, without heat it will returns to it's tepid state 
Hitotsu, karate wa yu no gotoku taezu netsu o atae zareba motono mizuni kaeru 

Latihan yang rutin dan berkesinambungan adalah suatu kebutuhan bagi praktisi karate (dan juga praktisi seni beladiri yang lain). Kalau kita 'libur' latihan satu atau dua minggu saja, bisa dipastikan kita akan kehilangan 'sentuhan' kita.

#12. Do not think about winning; think rather of not losing 
Hitotsu, katsu kangae wa motsuna; makenu kangae wa hitsuyo 

Dalam perkelahian, kalau kita berpikir harus menang, kita akan terpancing untuk menjadi agresif dan 'membabi buta' yang justru akan membuat kita 'terbuka' untuk diserang. Tetapi, kalau kita 'hanya' tidak ingin kalah, kita akan bisa menyeimbangkan antara menyerang atau bertahan, antara menyerang balik atau mengelak, antara merangsek ke depan atau menunggu, dan sebagainya. 

#13. Make adjustments according to your opponent 
Hitotsu, tekki ni yotte tenka seyo 

Tidak ada taktik universal yang bisa dipakai untuk setiap lawan ataupun di setiap keadaan. Taktik bertarung kita ketika melawan seseorang yang 'cepat' tentunya akan berbeda dengan taktik saat melawan seseorang yang 'lamban tapi kuat' misalnya. Prinsip ini tidak hanya berlaku di dalam perkelahian saja tetapi juga di dalam situasi 'konfrontasi' lain seperti interaksi dengan bos atau rekan kerja kita misalnya.

#14. The outcome of a battle depends on how one handles emptiness and fullness (weakness and strengh) 
Hitotsu, tatakai wa kyo-jitsu no soju ikan ni ari 

Jangan memaksakan sesuatu yang 'mustahil' seperti menyerang ketika lawan juga sedang melancarkan serangan. Bertahan atau mundur saat diserang, dan merangsek ke depan serta menyerang saat lawan sedang mundur bertahan. 

#15. Think of hands and feet as a swords 
Hitotsu, hi to no te-ashi wa ken to omoe 

Sasaran yang bisa diserang dengan menggunakan pedang biasanya juga bisa diserang dengan cara yang sama menggunakan tangan dan kaki kita. Dengan kata lain, kita bisa menggunakan tangan dan kaki kita sebagaimana kita menyabet dan menusuk menggunakan pedang.

#16. When you step beyond your own gate, you face a million enemies 
Hitotsu, danshi mon o izureba hyakuman no teki ari 

Bahaya selalu mengancam saat kita keluar dari 'zona nyaman' (seperti rumah, lingkungan tempat tinggal, ataupun cara berpikir kita). Yang dimaksud bahaya disini bukan hanya bahaya secara fisik saja lho ya tetapi juga bahaya secara mental. Waspadalah... waspadalah.

#17. Formal stances are for beginners; later one stands naturally 
Hitotsu, kamae wa shoshinsha ni atowa shizentai 

Kamae (atau yang sering disebut sebagai kuda-kuda) 'resmi' hanyalah untuk pemula. Pemula berlatih kamae untuk belajar bagaimana cara menggunakan bobot tubuh dan atau memposisikan dirinya untuk menyerang ataupun bertahan (serta melatih mentalnya untuk ikut ber-kamae). Kalau kedua hal ini sudah dikuasai, kamae 'resmi' tidak lagi dibutuhkan (kecuali untuk ujian kenaikan tingkat tentu saja ;D). 

#18. Perform kata exactly; actual combat is another matter 
Hitotsu, kata wa tadashiku, jisen wa betsumono 

Kata (atau tan'en hokei kalau di Shorinji kempo) tidak hanya melatih gerakan-gerakan untuk bertarung saja tetapi juga merupakan 'alat' untuk mendisiplinkan raga dan jiwa. Kita perlu ingat bahwa pertarungan yang sebenarnya lebih tidak tertebak, lebih 'kacau', dan jauh lebih brutal daripada rangkaian gerakan kata. Kata adalah gambaran ideal (dan indah) dari pertarungan.

#19. Do not forget the employment of withdrawal of power, the extension and contraction of the body, the swift or leisurely application of technique 
Hitotsu, chikara no kyojaku tai no shinshuku wazano kankyu 

Dalam mengaplikasikan teknik beladiri, tidak cukup kalau kita selalu lambat (atau selalu cepat); tidak cukup pula kalau kita terus bertahan (atau terus menyerang), kita harus menyeimbangkan keduanya. 

#20. Be constantly mindful, diligent, and resourceful, in your pursuit of the way 
Hitotsu, tsune ni shinen ku fu seyo

Jangan pernah berhenti berpikir, selalu kreatif, dan kembangkan terus latihan beladiri Anda.


__________

Itulah dia 20 prinsip dasar karate menurut Gichin Funakoshi. Meskipun ke-20 prinsip ini dimaksudkan sebagai 'pedoman' bagi para karateka (utamanya aliran shotokan), tidak ada salahnya kita yang belajar seni beladiri lain (yang bukan karate) untuk ikut mempelajarinya.

Kenapa begitu? Karena ke-20 prinsip ini bisa diaplikasikan tidak hanya untuk seni beladiri karate saja tetapi juga untuk semua aliran seni beladiri, bahkan prinsip-prinsip ini juga sangat klop untuk diterapkan ke dalam kehidupan kita sehari-hari.

Jadi prinsip mana saja yang sudah Anda terapkan?


* meskipun huruf dan huruf sama-sama dibaca 'kara', huruf juga bisa dibaca 'to' yang berarti 'cina'.
** nama shotokan bukanlah buah pikiran Gichin Funakoshi tetapi adalah 'hasil karya' murid-muridnya yang memasang papan nama di atas pintu masuk dojo bertuliskan 'shoto-kan' yang berarti 'rumahnya shoto'.
 


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 11:52 AM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB