Pariwara

Followers

Beladiri, Mendidik Pemimpin Bukan Penguasa

Posted by Yonatan Adi on 8:34 AM

Pernahkah Anda melihat iring-iringan mobil pejabat entah itu anggota dewan, menteri, walikota, ataupun pejabat-pejabat pemerintah yang lain?

Mereka--yang mengaku sebagai wakil rakyat dan (katanya) ingin mengabdi kepada rakyatnya tersebut--kalau naik kendaraan selalu minta dikawal oleh polisi dan menuntut untuk didahulukan haknya di jalan raya (menyuruh kendaraan lain minggir, menerobos lampu merah, dan sebagainya).

Menurut saya, hal "kecil" seperti ini tidak mencerminkan jiwa dari seorang pemimpin tetapi malah menunjukkan nafsu dan hasrat mereka untuk menjadi penguasa.

Dikawal sih boleh-boleh saja, karena sebagai pejabat yang terpilih mau tidak mau mereka harus menerima kenyataan dicintai sekaligus dibenci dan mungkin saja keselamatan mereka memang terancam oleh pihak-pihak yang membenci mereka (lawan politik mereka misalnya), tetapi sebagai seorang pemimpin bukankah mereka seharusnya ikut "menderita" bersama rakyatnya termasuk di jalan raya?

Sekedar informasi: menurut PP nomor 43 tahun 1993, pejabat yang berhak dikawal dan didahulukan di jalan raya adalah Presiden/Wakil Presiden dan/atau pejabat pemerintah asing (hanya 3 pejabat ini saja).

Pemimpin itu seperti apa sih?
Menurut Kartini Kartono, pengertian pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan di satu bidang sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Perhatikan kata yang saya cetak tebal dan miring serta saya garis bawahi diatas--seorang pemimpin seharusnya bekerja bersama dengan bawahannya dan bukan hanya main perintah saja. 
Photo credit: John Lester
Menurut Ki Hadjar Dewantara, bapak pendidikan nasional Indonesia, seorang pemimpin harus memiliki tiga ciri utama yang beliau tuliskan dalam semboyan:
"Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" 
yang kalau diartikan ke dalam bahasa Indonesia:
  • Ing ngarsa sung tuladha: apabila tampil di depan dia harus bisa menjadi contoh atau teladan baik bagi orang lain
  • Ing madya mangun karsa: apabila posisinya ada di tengah-tengah doi harus mampu memberi semangat kepada orang lain
  • Tut wuri handayani: apabila dirinya berada di belakang doski harus mampu memberikan dorongan kepada orang lain
Lalu apa perbedaan antara pemimpin dan penguasa?
Pemimpin dan penguasa adalah konsep yang serupa tapi tak sama, kelihatannya sama saja padahal mempunyai perbedaan yang cukup jauh, beberapa diantaranya yaitu:
  • Seorang pemimpin adalah pengayom dan pelindung bagi bawahannya; seorang penguasa adalah "pemangsa" yang memangsa bawahannya.
  • Seorang pemimpin rela berkorban untuk kepentingan dan kesejahteraan bawahannya; seorang penguasa tega mengorbankan bawahannya demi kepentingan dan kesejahteraannya sendiri.
  • Seorang pemimpin akan mengkader seseorang untuk menjadi penerus yang lebih baik dari dirinya; seorang penguasa akan menjegal dan menyingkirkan orang-orang yang secara potensi kemampuannya lebih baik darinya karena dianggap sebagai ancaman bagi posisinya.
  • Seorang pemimpin "melayani" bawahannya; seorang penguasa selalu minta "dilayani" oleh bawahannya.
  • Bawahan taat kepada pimpinannya karena rasa hormat; bawahan tunduk kepada penguasa karena rasa takut.

__________

Beladiri dan jiwa pemimpin, adakah hubungan diantara keduanya?
Walaupun ada orang yang memang dilahirkan dengan jiwa pemimpin atau bahasa kerennya "natural born leader", kemampuan untuk memimpin ini bisa dilatih dan dikembangkan. Salah satu cara memupuk jiwa kepemimpinan adalah melalui latihan seni beladiri.

Menurut pandangan saya, untuk bisa menjadi seorang pemimpin yang baik, kita harus tahu terlebih dulu bagaimana rasanya menjadi orang yang dipimpin. Di dalam seni beladiri, tentu saja kita pernah menjadi seorang minarai (= pemula), dan sebagai seorang pemula mau tidak mau kita harus menghormati serta mau dipimpin oleh sensei, pelatih, ataupun senior kita. Pengalaman dipimpin inilah yang akan (setidaknya bagi saya) menjadi pelajaran yang sangat berharga untuk bekal menjadi pemimpin nantinya. 

Seorang pemimpin harus tegas, mempunyai kepercayaan diri, berani mengambil keputusan, mampu memberi contoh yang baik, serta dihormati dan disegani oleh bawahannya. Semua itu juga bisa didapatkan dari latihan beladiri.

Seorang pemimpin juga tidak boleh omdo (omong doang) alias NATO (No Action Talk Only) atau bahasa kerennya Jarkoni (isa ujar ora isa nglakoni), yang sekali lagi bisa diperoleh dari latihan beladiri.

Seorang yang memimpin latihan (instruktur/senior) tidak pernah hanya menyuruh saja, minimal dia memberi contoh gerakan untuk diikuti; selalu memberi semangat dan/atau dorongan untuk anak didik/juniornya dalam berlatih; dan merasa bangga (dan bukan malah takut) kalau anak didik/juniornya menjadi lebih baik dari dirinya.

Jelas sekali bahwa seorang praktisi beladiri mempunyai jiwa pemimpin yang sudah sangat jarang kita temui di kehidupan sehari-hari, dan jiwa kepemimpinan ini tentunya tidak hanya akan terlihat saat latihan saja tetapi juga akan terbawa dalam kesehariannya.

Tetapi perlu diingat bahwa jiwa pemimpin tidak bisa dibentuk dalam waktu singkat, jiwa pemimpin baru bisa terbentuk dengan mengikuti latihan beladiri secara rutin dan teratur.

[Bacaan terkait: Inilah Alasan untuk Mengikutkan Anak Berlatih Beladiri]

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan apa yang ada di dalam pikiran saya:
"Seandainya semua warga negara Indonesia mau berlatih seni beladiri, pasti negara kita ini bisa menjadi lebih baik, karena yang dibutuhkan oleh negara ini adalah seorang pemimpin, bukan seorang penguasa".

Setuju dengan saya?


Nama Anda
New Johny WussUpdated: 8:34 AM

0 komentar:

Post a Comment

Copyscape

Protected by Copyscape

Blog Archive

Powered by Blogger.

Paling Dilihat

CB