Di suatu perempatan jalan, ketika nyala lampu pemberi isyarat lalu lintas tinggal (atau masih??) beberapa detik lagi berubah dari merah menjadi hijau, para pengendara mobil/ motor seolah saling berlomba untuk membunyikan klakson supaya kendaraan di depannya segera berjalan kembali.
Pernah berada di dalam situasi seperti itu? Saya sih sering, tapi saya gak ikut-ikutan membunyikan klakson lho ya, sueer dech '-'v.
Para pengendara mobil/ motor tersebut seperti tidak sabar (atau memang tidak sabar??) untuk segera menjalankan kembali kendaraannya padahal lampu lalu lintas masih menyala merah.
Anda pastinya tahu 'kan kalau lampu lalu lintas AKAN (baca: tinggal beberapa detik lagi) menyala hijau di suatu ruas jalan, lampu lalu lintas di ruas jalan yang bersimpangan atau yang berpotongan dengan ruas jalan tersebut sedang menyala kuning?
Para pengendara mobil/ motor tersebut seperti tidak sabar (atau memang tidak sabar??) untuk segera menjalankan kembali kendaraannya padahal lampu lalu lintas masih menyala merah.
Anda pastinya tahu 'kan kalau lampu lalu lintas AKAN (baca: tinggal beberapa detik lagi) menyala hijau di suatu ruas jalan, lampu lalu lintas di ruas jalan yang bersimpangan atau yang berpotongan dengan ruas jalan tersebut sedang menyala kuning?
Dan apa yang kebanyakan orang lakukan saat lampu lalu lintas menyala kuning? Mengurangi kecepatan? Tidak. Mereka justru akan menambah kecepatan kendaraannya karena tidak mau "terjebak" di lampu merah.
Gambar dari maxpixel.freegreatpicture.com |
Yang saya herankan adalah apa sih susahnya menunggu 2 atau 3 detik lagi? Terburu-buru saya kira tidak bisa dijadikan alasan. Kalau memang terburu-buru kenapa tidak berangkat lebih awal? Di manakah semboyan "Orang sabar itu disayang Tuhan" yang sering kita dengar saat kita masih bersekolah dulu?
Pendidikan mental di seni beladiri mengajarkan kesabaran kepada para praktisinya
Sebelum membahas lebih jauh, mari kita cari tahu terlebih dulu definisi dari kata "sabar". Menurut sensei Kabe Be'i, "sabar" berarti: (1) tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah; (2) tenang, tidak tergesa-gesa, tidak terburu nafsu.
Kenapa saya berani membuat klaim bahwa seni beladiri mengajarkan sikap sabar kepada para praktisinya? Karena kita akan menemukan banyak sekali contoh yang mendukung klaim saya tersebut ;D, beberapa diantaranya yaitu: (1) Di dalam latihan beladiri, untuk bisa menguasai suatu teknik beladiri dengan baik, kita harus berulang-ulang kali melakukan teknik tersebut, mungkin ratusan bahkan ribuan kali. (2) Untuk menempuh ujian menuju tingkatan selanjutnya ada persyaratan minimal waktu dan jumlah latihan. (3) Kita juga harus bersabar menahan rasa sakit saat berlatih waza bersama dengan rekan latihan kita. (4) Belum lagi bentakan atau makian dari pelatih saat latihan, de es be, de el el.
Hal-hal tersebut selain bisa melatih kesabaran juga akan melatih seseorang untuk mau menjalani proses.
Jadi siapa bilang praktisi beladiri adalah orang yang pemarah dan tidak sabaran? Para praktisi beladiri justru adalah orang-orang yang paling sabar sedunia karena mereka terbiasa melakukannya saat latihan dan hal tersebut secara otomatis akan terbawa ke dalam kehidupan mereka sehari-harinya. Seperti kata Aristoteles:
"We are what we repeatedly do. excellence, then, is not an act, but a habit".
[Baca juga: 10 Quote Beladiri Inspirasional]
Contoh saya di atas (tentang lampu lalu lintas) mungkin hanyalah perkara yang "kecil", tetapi ingat kalau perkara kecil saja tidak mau kita patuhi/ kerjakan, kita tidak akan mungkin mau mematuhi/ mengerjakan perkara yang lebih besar. Sama seperti seni beladiri, kalau kita tidak menguasai hal-hal kecil seperti kihon, kita tidak akan mungkin bisa menguasai waza atau teknik serta jurus yang lebih rumit.
Ingin menjadi orang yang sabar? Berlatihlah seni beladiri.
Senang bisa membantu
ReplyDelete