Tolong jawab dengan jujur.
Seberapa sering Anda melihat sandal/sepatu yang disusun dengan rapi berjajar di depan pintu (entah itu pintu rumah, pintu kamar, ataupun pintu-pintu yang lain)?
Saya berani bertaruh jawabannya adalah sangat jarang atau bahkan tidak pernah.
Yang akan sering Anda lihat adalah sandal/sepatu (selanjutnya saya sebut alas kaki) yang berantakan, yang sebelah kiri disini, yang sebelahnya lagi entah dimana.
Saya, yang pernah tinggal di sebuah gedung yang menjadi sekretariat bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di sebuah universitas negeri di kota Malang, tidak pernah melihat alas kaki yang tertata dengan rapi di depan pintu ruangan, yang sering saya lihat hanyalah sebuah kertas yang menempel di pintu bertuliskan "Alas kaki harap ditata dengan rapi" atau "Alas kaki harap diletakkan di dalam rak sepatu".
Seberapa sering Anda melihat sandal/sepatu yang disusun dengan rapi berjajar di depan pintu (entah itu pintu rumah, pintu kamar, ataupun pintu-pintu yang lain)?
Saya berani bertaruh jawabannya adalah sangat jarang atau bahkan tidak pernah.
Yang akan sering Anda lihat adalah sandal/sepatu (selanjutnya saya sebut alas kaki) yang berantakan, yang sebelah kiri disini, yang sebelahnya lagi entah dimana.
Saya, yang pernah tinggal di sebuah gedung yang menjadi sekretariat bersama Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di sebuah universitas negeri di kota Malang, tidak pernah melihat alas kaki yang tertata dengan rapi di depan pintu ruangan, yang sering saya lihat hanyalah sebuah kertas yang menempel di pintu bertuliskan "Alas kaki harap ditata dengan rapi" atau "Alas kaki harap diletakkan di dalam rak sepatu".
Photo credit: Hans |
Selain memang terdapat tradisi untuk menata alas kaki, saya yang termasuk anggota senior di dalam UKM tersebut juga seringkali mengingatkan adik-adik saya kalau mereka lupa--tetapi yang lebih sering saya sendirilah yang menata alas kaki tersebut (maaf sombong dikit hehe) karena saya merasa risih kalau melihat sesuatu yang kotor, kurang rapi, ataupun berantakan.
Yang menarik, penghuni salah satu sekretariat UKM yang letaknya persis di depan UKM kami (sebut saja PTM ;p), tidak pernah mau menata alas kaki mereka [padahal ada contoh yang baik di depannya ;D]. [Memang benar perkataan orang tua jaman dulu kalau perbuatan baik itu akan jarang/tidak akan pernah diikuti tetapi perbuatan buruk akan mudah sekali ditiru.]
Yang lebih menarik lagi, saya sering mendengar obrolan dari beberapa anggota UKM tersebut seperti ini: "Sandal gua yang sebelah mana ya?" atau "Rek, mbok ya alas kaki kita ditata rapi kayak UKM depan".
Dari obrolan-obrolan tersebut bisa ditarik kesimpulan kalau sebenarnya mereka sendiri sadar bahwa kebiasaan membiarkan alas kaki tidak tertata rapi akan menyulitkan diri mereka sendiri, bahkan ada beberapa anggota UKM PTM tersebut yang risih melihat alas kaki yang berantakan dan mengingatkan teman-temannya untuk mau menata alas kakinya. Akan tetapi obrolan tersebut hanya menjadi obrolan semata, alas kaki mereka tetap saja berantakan.
Lain di negara kita lain pula di Jepang. Kebiasaan menata alas kaki akan selalu kita temui di negeri matahari terbit itu, bahkan kebiasaan tersebut bukan hanya sekedar karena kulina (terbiasa) saja namun telah menjadi budaya dan tradisi.
Orang Jepang sangatlah disiplin, setiap kali akan masuk ke sebuah ruangan, mereka pasti melepas alas kakinya dan kemudian menata alas kaki tersebut menghadap keluar--seperti yang bisa Anda lihat pada gambar di bawah--sehingga akan sangat mudah (dan cepat) bagi mereka kalau mereka hendak keluar dari ruangan tersebut.
Kyakka shoko, tradisi menata alas kaki [ilustrasi oleh Yan Prajna Paramitha] |
Seperti yang Anda tahu, Jepang adalah negara yang sering sekali mengalami gempa bumi. Penduduk Jepang pada umumnya sudah tidak merasa khawatir dan takut dengan gempa berskala kecil, tetapi kalau terjadi gempa berskala besar atau bagi mereka yang merasa takut, kebiasaan menata alas kaki ini akan sangat membantu.
Tradisi inilah yang kemudian diadopsi ke dalam seni beladiri. Di dalam seni beladiri asal Jepang, kebiasaan (atau lebih tepatnya tradisi) menata alas kaki ini disebut sebagai "kyakka shoko".
Walaupun saya tahunya hanya di SK, tetapi saya yakin di dalam aliran seni beladiri Jepang yang lain juga ada tradisi semacam ini (mungkin dengan nama yang berbeda)--karena sebagian besar tradisi di dalam seni beladiri biasanya diambil dari tradisi setempat. Sebagai contoh lain Anda juga bisa membaca postingan saya tentang tradisi menghargai orang lain dalam seni beladiri.
Secara harfiah kyakka shoko berarti "periksalah keadaan di sekitar kakimu". Kyakka shoko akan membiasakan diri kita untuk mengerjakan/mengatur segala sesuatu mulai dari hal yang terkecil (atau dalam hal ini terbawah) seperti menata alas kaki. Kyakka shoko mengajarkan kita untuk menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan dan yang ada di sekitar kita, termasuk hal-hal "kecil" seperti menata alas kaki.
Kebersihan adalah hal yang sangat dijunjung tinggi di Jepang. Dengan mempraktekkan kyakka shoko berarti kita telah menunjukkan rasa hormat kepada dojo (atau tempat-tempat lain seperti kelas dan rumah) dengan cara melepas dan menata rapi alas kaki sehingga tidak mengotori lantai dari tempat-tempat tersebut.
[Sekedar informasi, murid-murid sekolah di Jepang sebelum masuk ke dalam kelas akan menyimpan sepatu yang mereka pakai saat berangkat dari rumah ke dalam rak sepatu (biasanya terletak di pintu masuk sekolah) dan menggantinya dengan sepatu khusus dalam kelas yang disebut "uwabaki", sebelum pulang mereka juga akan membersihkan kelas (menghapus papan tulis, menyapu, dan sebagainya) mirip dengan piket saat kita sekolah dulu (sekarang masih ada nggak ya?).]
Di dalam seni beladiri Shorinji kempo, kyakka shoko adalah bagian dari "sikap terhadap dojo" bersama dengan samu, gassho rei, menjaga sikap, berpenampilan rapi, dan menjaga cara bicara.
Kebiasaan "kecil" seperti inilah yang membuat orang Jepang terkenal sangat disiplin dan membuat negara kecil mereka menjadi negara paling maju di Asia.
Ingin mengubah negara kita menjadi lebih baik? Mulailah dengan mengubah diri Anda sendiri dengan melakukan hal-hal kecil seperti kyakka shoko.
Tradisi inilah yang kemudian diadopsi ke dalam seni beladiri. Di dalam seni beladiri asal Jepang, kebiasaan (atau lebih tepatnya tradisi) menata alas kaki ini disebut sebagai "kyakka shoko".
Walaupun saya tahunya hanya di SK, tetapi saya yakin di dalam aliran seni beladiri Jepang yang lain juga ada tradisi semacam ini (mungkin dengan nama yang berbeda)--karena sebagian besar tradisi di dalam seni beladiri biasanya diambil dari tradisi setempat. Sebagai contoh lain Anda juga bisa membaca postingan saya tentang tradisi menghargai orang lain dalam seni beladiri.
Secara harfiah kyakka shoko berarti "periksalah keadaan di sekitar kakimu". Kyakka shoko akan membiasakan diri kita untuk mengerjakan/mengatur segala sesuatu mulai dari hal yang terkecil (atau dalam hal ini terbawah) seperti menata alas kaki. Kyakka shoko mengajarkan kita untuk menyelesaikan segala sesuatu yang bisa kita kerjakan dan yang ada di sekitar kita, termasuk hal-hal "kecil" seperti menata alas kaki.
Kebersihan adalah hal yang sangat dijunjung tinggi di Jepang. Dengan mempraktekkan kyakka shoko berarti kita telah menunjukkan rasa hormat kepada dojo (atau tempat-tempat lain seperti kelas dan rumah) dengan cara melepas dan menata rapi alas kaki sehingga tidak mengotori lantai dari tempat-tempat tersebut.
[Sekedar informasi, murid-murid sekolah di Jepang sebelum masuk ke dalam kelas akan menyimpan sepatu yang mereka pakai saat berangkat dari rumah ke dalam rak sepatu (biasanya terletak di pintu masuk sekolah) dan menggantinya dengan sepatu khusus dalam kelas yang disebut "uwabaki", sebelum pulang mereka juga akan membersihkan kelas (menghapus papan tulis, menyapu, dan sebagainya) mirip dengan piket saat kita sekolah dulu (sekarang masih ada nggak ya?).]
Di dalam seni beladiri Shorinji kempo, kyakka shoko adalah bagian dari "sikap terhadap dojo" bersama dengan samu, gassho rei, menjaga sikap, berpenampilan rapi, dan menjaga cara bicara.
Kebiasaan "kecil" seperti inilah yang membuat orang Jepang terkenal sangat disiplin dan membuat negara kecil mereka menjadi negara paling maju di Asia.
Ingin mengubah negara kita menjadi lebih baik? Mulailah dengan mengubah diri Anda sendiri dengan melakukan hal-hal kecil seperti kyakka shoko.
0 komentar:
Post a Comment