Di bulan Ramadhan seperti sekarang ini, banyak orang (saya nggak lho ya, suer) yang menjadikan puasa sebagai alasan untuk mengurangi aktivitasnya termasuk berlatih beladiri.
Rasa lemas adalah alasan utamanya. Tetapi tahukah Anda kenapa tubuh kita menjadi lemas saat berpuasa?
Saat berpuasa, asupan nutrisi dan cairan (baik jumlah maupun waktunya) mengalami perubahan sehingga berpengaruh pada sistem metabolisme tubuh. Nah, rasa lemas pada saat berpuasa bukan hanya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dan cairan saja, tetapi juga karena adanya perubahan pada proses metabolisme tubuh tersebut. Karena itu, alangkah baiknya kalau kita tetap berolahraga (baca: berlatih beladiri) untuk menjaga metabolisme tubuh ini agar tetap bekerja optimal dan justru akan mengurangi rasa lemas tersebut.
Photo credit: RogerioBeatz |
Saat berpuasa, asupan nutrisi dan cairan (baik jumlah maupun waktunya) mengalami perubahan sehingga berpengaruh pada sistem metabolisme tubuh. Nah, rasa lemas pada saat berpuasa bukan hanya disebabkan oleh kurangnya asupan nutrisi dan cairan saja, tetapi juga karena adanya perubahan pada proses metabolisme tubuh tersebut. Karena itu, alangkah baiknya kalau kita tetap berolahraga (baca: berlatih beladiri) untuk menjaga metabolisme tubuh ini agar tetap bekerja optimal dan justru akan mengurangi rasa lemas tersebut.
Lagipula, kalau kita berhenti total dari latihan beladiri selama bulan puasa, setelah Lebaran kita akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan kondisi fisik (seperti kelenturan, stamina, dan juga kekuatan otot) seperti sebelumnya, bahkan bisa-bisa akan 'mendinginkan' kemampuan beladiri kita, seperti kata salah satu dari 7 tokoh beladiri terkemuka versi Goblog Gichin Funakoshi:
"Karate is like boiling water, if you do not heat it constantly, it will cool".
Menurut beliau, kalau kita berhenti berlatih, kita akan kehilangan 'sentuhan' kita dalam karate (ataupun seni beladiri lainnya). Dan bukan tidak mungkin kekhawatiran Anda bahwa berat badan akan bertambah setelah Lebaran akan menjadi kenyataan.
"Karate is like boiling water, if you do not heat it constantly, it will cool".
Menurut beliau, kalau kita berhenti berlatih, kita akan kehilangan 'sentuhan' kita dalam karate (ataupun seni beladiri lainnya). Dan bukan tidak mungkin kekhawatiran Anda bahwa berat badan akan bertambah setelah Lebaran akan menjadi kenyataan.
Latihan beladiri itu kan berat, kalau berlatih sambil berpuasa mana mungkin saya kuat?
Ingat latihan beladiri tidak hanya soal memukul atau menendang sekuat tenaga, latihan beladiri adalah soal teknik dan cara yang efektif untuk memukul atau menendang.
Tentu saja latihan beladiri saat bulan puasa berbeda dengan bulan-bulan yang lain. Seperti yang sudah saya jelaskan, saat kita berpuasa asupan nutrisi dan cairan akan berkurang, sehingga akan mudah sekali terjadi penurunan kadar gula darah (sebagai sumber energi) dan dehidrasi. Latihan beladiri harus disesuaikan dengan kondisi tubuh saat berpuasa, tidak perlu terlalu banyak mengeluarkan tenaga dan tidak perlu terlalu banyak berkeringat.
Yang perlu diperhatikan disini adalah waktu dan intensitas dari latihan.
Waktu berlatih
Latihan sebaiknya dilakukan 1-2 jam menjelang berbuka puasa sehingga setelah selesai latihan (dan tiba waktunya berbuka) kita bisa langsung minum untuk mengganti cairan yang hilang selama latihan. Kalau sebelumnya Anda bisa berlatih setiap hari, sebaiknya saat berpuasa frekuensi latihan diturunkan menjadi 2-3 kali saja dalam satu minggu.
Intensitas latihan
Latihan sebaiknya dilakukan dengan intensitas ringan-sedang. Kalau biasanya kita mampu melakukan kihon (latihan dasar) sebanyak 50 kali untuk setiap teknik pukulan, tendangan, dan atau tangkisan, angka itu sebaiknya kita turunkan menjadi 10-20 kali saja. Waktu istirahat di sela-sela latihan sebaiknya juga diperpanjang.
Fokuskan latihan untuk memperbaiki dan/atau menyempurnakan teknik beladiri, jangan terlalu fokus pada kecepatan dan kekuatan. Tujuan latihan beladiri disini hanya untuk maintenance saja supaya stamina, kelenturan tubuh, kekuatan otot, dan skill beladiri kita tidak mengalami penurunan.
Untuk mengukur intensitas latihan apakah sudah tepat, Anda bisa menggunakan cara menghitung denyut jantung maksimal. Kalau saat hari-hari biasa (tidak puasa) denyut jantung permenit saat latihan boleh mencapai 80% dari denyut jantung maksimal (220 dikurangi usia), pada saat berpuasa turunkan angka itu menjadi 60% dari denyut jantung maksimal.
Misalnya Anda berusia 25 tahun, saat tidak sedang berpuasa denyut jantung saat latihan boleh mencapai 80% dari (220 - 25) = 156 kali permenit, namun saat berpuasa denyut jantung saat latihan jangan sampai melebihi 117 kali permenit.
__________
Puasa adalah ibadah, jangan jadikan ibadah Anda sebagai alasan untuk berhenti berlatih. Dengan berlatih beladiri badan tetap bugar saat berpuasa, puasa pun jadi lancar dan menyenangkan.
Artikel ini bermanfaat untuk Anda? Kalau iya jangan lupa untuk like dan juga share ya :) supaya lebih banyak orang lagi yang mendapatkan manfaat dari artikel ini. Tetap semangat dan selamat berlatih.
Untuk mengukur intensitas latihan apakah sudah tepat, Anda bisa menggunakan cara menghitung denyut jantung maksimal. Kalau saat hari-hari biasa (tidak puasa) denyut jantung permenit saat latihan boleh mencapai 80% dari denyut jantung maksimal (220 dikurangi usia), pada saat berpuasa turunkan angka itu menjadi 60% dari denyut jantung maksimal.
Misalnya Anda berusia 25 tahun, saat tidak sedang berpuasa denyut jantung saat latihan boleh mencapai 80% dari (220 - 25) = 156 kali permenit, namun saat berpuasa denyut jantung saat latihan jangan sampai melebihi 117 kali permenit.
__________
Puasa adalah ibadah, jangan jadikan ibadah Anda sebagai alasan untuk berhenti berlatih. Dengan berlatih beladiri badan tetap bugar saat berpuasa, puasa pun jadi lancar dan menyenangkan.
Artikel ini bermanfaat untuk Anda? Kalau iya jangan lupa untuk like dan juga share ya :) supaya lebih banyak orang lagi yang mendapatkan manfaat dari artikel ini. Tetap semangat dan selamat berlatih.
0 komentar:
Post a Comment